Searching Engine

Senin, 23 Oktober 2017

Indonesia Pacu Tiga Sektor Manufaktur Jepang Tambah Investasi

Kementerian Perindustrian fokus mendorong para pelaku industri Jepang skala menengah untuk terus berinvestasi di Indonesia. Terdapat tiga sektor manufaktur yang berpotensi dikembangkan bersama oleh kedua negara saat ini, yaitu industri otomotif, elektronika, serta makanan dan minuman.
“Selama ini kan yang masuk big player. Yang menengah lebih berisiko tinggi, tetapi kalau hanya bermain di Jepang, ekonominya stagnan. Jadi mereka harus melihat ekonomi yang bergerak, salah satunya di Indonesia,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto seusai memberikan keynote speech pada acara Indonesia Investment Business Forum 2017 (IIBF) di Tokyo, Jepang, sebagaimana disalin dari siaran pers Kemenperin, kemarin.
Pada forum bisnis yang dihadiri sebanyak 500 pengusaha Jepang ini, Menperin menyampaikan, pihaknya telah memfasilitasi pembangunan kawasan industri untuk menampung para investor asal Negeri Sakura tersebut. “Kami akan mendorong mereka agar masuk ke kawasan industri baru. Sehingga mereka bisa langsung investasi, karena adanya kemudahan perizinan,” tuturnya.
Di IIBF ini, para pengelola kawasan industri di Indonesia juga turut hadir, yang diharapkan sejumlah investor Jepang bisa langsung bertanya mengenai harga lahan dan ketersediaan fasilitasnya. “Pengelola kawasan yang hadir ini semua sudah siap. Kalau pengusaha Jepang mau investasi, mereka tinggal masuk, bayar, dan dapat pelayanan izin tiga jam,” sebut Airlangga.
Para investor pun akan difasilitasi untuk mendapatkan insentif pajak, yang tergantung dengan jumlah nilai investasinya. “Kalau nilainya besar langsung diberikan, tetapi untuk yang skala menengah akan diberikan apabila berorientasi ekspor dan padat karya,” imbuhnya.
Menperin mengungkapkan, hingga saat ini sebanyak 1.800 perusahaan Jepang telah memiliki kemitraan di Indonesia. Momentum ini perlu dijaga dan ditingkatkan guna memacu pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat kedua negara.
“Hubungan kerja sama ekonomi bilateral telah terjalin lebih dari setengah abad, dan selama itu pula, Jepang turut berperan mendorong pembangunan ekonomi Indonesia. Jepang juga berkontribusi dalam bidang perdagangan, investasi, dan kerja sama teknik khususnya sektor industri di Indonesia,” paparnya.
Berdasarkan catatan Kemenperin, Jepang merupakan mitra dagang terbesar kedua setelah Tiongkok. Total transaksi antara Indonesia dengan Jepang pada triwulan II tahun 2017 mencapai USD14,8 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 4,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2016 dengan nilai USD14,1 miliar.
Sedangkan pada sektor investasi, Jepang merupakan investor asing terbesar kedua di Indonesia dengan total investasi sebesar USD17 miliar di tahun 2017. Sektor industri otomotif, elektronik, serta makanan dan minuman memiliki kontribusi lebih dari 50 persen dari total investasi Jepang di Indonesia pada tahun 2017.
Menperin optimistis, masih banyak peluang bagi pengusaha Jepang untuk berinvestasi di Indonesia atau melakukan kemitraan bisnis dengan pengusaha lokal. “Ekonomi Indonesia diproyeksikan mengalami pertumbuhan positif dan ini berarti akan membuka lebih banyak potensi kerja sama antara Indonesia dan Jepang, terutama investasi di sektor industri,” ujarnya.
Pada kesempatan berbeda, Pemerintah Republik Indonesia memberikan penghargaan Bintang Jasa Utama kepada akademisi dan peneliti Jepang, Takashi Shiraishi. Bintang Jasa Utama merupakan tanda kehormatan tertinggi yang diberikan pemerintah kepada warga negara asing yang telah berjasa besar terhadap bangsa dan negara Indonesia.
Penyematan dan pengalungan medali penghargaan tersebut dilakukan oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto sebagai perwakilan dari Pemerintah Republik Indonesia di Tokyo, Selasa (17/10). Menperin menjelaskan, penganugerahan diberikan kepada Takashi Shiraisi karena pengabdian dan pengorbanannya di bidang sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan beberapa bidang lain yang bermanfaat bagi bangsa dan negara Indonesia.
"Beliau telah mengembangkan bidang pendidikan dengan memfasiitasi warga Indonesia yang menempuh pendidikan di Jepang,” ujarnya. Upaya tersebut dirintis Shiraishi sejak menjabat sebagai Wakil Presiden dan Presiden National Graduate Institute for Policy Studies (GRIPS) pada 2005-2017.
GRIPS telah menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi di Indonesia, seperti Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Univeritas Gadjah Mada, dan Universitas Brawijaya untuk gelar magister dan doktor dengan double degree. "Kami turut merasa bangga karena generasi muda yang belajar di Jepang itu akan menjadi aset berharga untuk menggerakkan roda ekonomi dan pembaharuan di Indonesia," ucap Airlangga. Menperin juga menyampaikan, hubungan diplomatik Indonesia-Jepang telah terjalin baik sejak 1956.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar